Definisi
kangen menurut Kbbi adalah rindu atau ingin sekali bertemu.
Kalau
dalam arisan Blogger Gandjel Rel kali ini temanya sesuatu yang paling kamu
kangenin, berarti ya sesuatu yang paling ingin kau temui. Duo bersaudara Rizka
Alyna yang bisa dicek tulisan-tulisannya
di http://www.rizkaalyna.com/
dan Alley di https://hanalle.com yang
memberikan tema ini.
Selama
tiga putaran arisan blog, baru yang ini sampai di hari terakhir belum dapat
bahan tulisan apa-apa. Bukan karena nggak ada yang dikangenin, tapi karena
terlalu banyak “daftar kangen”-nya. Apalagi saya
termasuk orang yang gampang kangen. Baru ninggal anak di rumah beberapa jam
aja, saya sudah kangen. Baru pulang dari pantai, kangen main air. Baru nggak
makan brownies beberapa menit, kangen pengen makan lagi. Hehe.
Kangen itu ada yang bikin
nyesek di hati, ada yang bikin hari-hari jadi optimis. Yang pertama susah
terobati, yang kedua ada kemungkinan terobati.
Coba diidentifikasi kangenmu
tipe yang mana?
Kangen yang pertama, biasanya
karena you
have to accept the fact that that certain things will never go back to how they
use to be. Udah nggak mungkin bisa balik lagi seperti dulu, tapi
kangen. Baper kan endingnya? Misalnya kangen sama seseorang yang sudah
dipanggilNya duluan, kangen sama masa kecil, kangen berat badan kembali seperti
dulu.. (eh). Kangen-kangen macam ini tuh
bikin hati kita mellow.
Misalnya, kalau saya kangen
tipe pertama ini kangen sama Kempo. Kempo itu salah satu cabang olahraga
beladiri yang asalnya dari Jepang. Di bawa ke Indonesia oleh mahasiswa
Indonesia yang belajar di Jepang. Salah satu tokohnya adalah Ginandjar
Kartasasmita. Hehe.. Masih adalah yang nyantol di ingatan tanpa perlu tanya
Mbah Gugel. Sejarah Kempo ini termasuk bahan ujian kenaikan tingkat lho.
Bersama pasangan Embu: Nenny. Sekarang kamu di mana ya? Btw jangan lihat tahun-nya terus bilang: Hah? Itu kan tahun aku lahir. |
Saya stop latihan Kempo bisa
dibilang tiba-tiba. Karena ada sesuatu hal yang bikin saya nggak (sampai hati)
latihan lagi. Padahal selama tiga tahun sebelumnya, Subuh nongkrong di stadion
demi Kempo juga dijalanin. Sekujur tubuh memar, kaki melepuh kepanasan kena
aspal, plus lutut cedera juga nggak bikin kapok. Dan sampai bertahun-tahun
kemudian, saya masih suka kangen.
Apa yang bikin kangen?
Suasananya, pertemanannya, bahkan sampai capek dan sakit-sakitnya aja bikin
kangen. Kenapa nggak balik aja latihan lagi? Nah, ini, I can’t, though. Kangennya
masih suka muncul sekarang ini. Terus caranya gimana supaya terobati?
Dulu kalau kangen kadang
mampir ke dojo, lihat teman-teman latihan. Di mana-mana jadi aware banget sama
yang berbau Shorinji Kempo, dan rajin lihat foto-foto lama bareng teman-teman. Terobati
dikit. Tapi tetap nggak akan sama lagi.
Lalu kangen yang kedua,
kangen yang bikin hari-hari optimis. Biasanya ini terjadi karena ada harapan
untuk bertemu atau kembali lagi. Masih ada obatnya, gitu.
Di Multazam, saya pernah
berdoa, agar Allah mengijinkan saya kembali lagi ke Baitullah bersama Ibu dan
laki-laki yang diridhoiNya untuk jadi suami saya. (Jadi ceritanya waktu itu
saya belum nikah). Seperti diketahui, Multazam itu adalah bagian tembok atau
dinding Ka’bah yang terletak di antara Hajar Aswad dengan pintu Ka’bah. Tempat ini
dinyatakan Rasulullah sebagai tempat yang paling mustajab untuk berdoa.
Kenapa sih kangen ke
Baitullah lagi? Bukannya di sana itu panas? Bukannya capek ya mesti bolak-balik
ke masjid saban dengar adzan? Bukannya jadi kurang tidur? Memang. Tapi ah
tapi.. waktu memandang Ka’bah untuk pertama kalinya, merasakan hembusan semilir
ketika thawaf, segarnya zam-zam membasahi kerongkongan,… Klise.. klise.. tapi
itu sungguhan bikin kangen.
Harus puas dengan foto-foto di luar Masjidil Harom. Jaman itu, kamera dan ponsel nggak boleh di bawa masuk. Di depan pintu akan diperiksa. |
Semua orang juga tahu untuk
bisa pergi ke Makkah dan Madinah, perlu upaya yang tidak mudah. Kadang niat sudah
kenceng, sarana belum ada. Kadang sarana ada, niat belum datang. Seorang sahabat
rajin berdoa sambil melafalkan Surat Al
Baqoroh ayat 128 dan berharap agar dapat
“undangan” itu lagi. Undangan untuk umroh yang pertama didapat dari hadiah
lomba menulis. Sungguh beragam memang cara Allah mengundang kita ke sana.
Kini meski waktu berlalu, dan
kangen saya untuk kembali ke sana belum terpenuhi, saya harus tetap optimis. Di
bulan Ramadan ini, semoga terkabulkan bersama dengan doa-doa sahabat-sahabat
saya yang lain yang selalu ingin kembali ke Baitullah. Biar kangen kita
terobati, ya kan?
Sometimes the best things
happen, when you least expect it.
Eh, kalau sama itu,.. kangen
nggak ya?
Waah atlit kempo rupanya makwind. Aku langsung catet di ingatan Al-Baqoroh 128 itu makwind, pengen juga diundang ke tanah suci 😊😊
ReplyDeleteMbak Hartari yang mbisikin ke aku, Mak Mi.. semoga undangannya segera sampai..
DeleteWaww mantan atleet...kece! Aku juga,pengen banget bisa naik haji bareng pak bagus aamiin
ReplyDeleteAamiin.. aku juga mauu (eh sama pak 'B' ku sendirii tapi.. hihihi)
DeleteMakasih mb tips biar dipanggil k Baitullah, berdo'a dan baca Qur'an surat al baqoroh: 128, noted! :)
ReplyDeleteTips dari mbakyuku Mbak Hartari.. hihi
DeleteIkut mengaminkan doanya mak winda..doain aku juga bisa balik umrah lagi bareng anak2 ya mak
ReplyDeleteAamiin.. terima kasih mbak Muna :*
Deletepenasaran. Kenapa tiba2 berhenti kempo dan gak ikut kempo lagi.
ReplyDeleteAnu.. itu.. hehe.. matur nuwun sudah mampir, Mbak Ade..
Deletepenasaran. Kenapa tiba2 berhenti kempo dan gak ikut kempo lagi.
ReplyDeleteaku juga pingiiinn banget bisa ke baitullah makwin. semoga bisa ya..
ReplyDeleteAamiin semoga kita bisa, kakak Din..
DeleteSubhanallah makwin sudah pernah ke Baitullah..semoga kami teman-temanmu ini bisa segera menyusul kesana amin...
ReplyDeleteAamiin.. makasih, mbak Dani sudah mampir.
Delete