Lama sebelum saya berkesempatan menginap di hotel Royal Ambarrukmo Yogya, saya pernah sekilas membuka websitenya. Ada sebuah tempat di dalam website itu yang menarik perhatian saya. Sebuah bangunan kuno yang berdiri di tengah-tengah kolam. Rupanya petilasan keraton Yogya. Wah, keren banget kalau di dalam hotel modern ada tempat seperti itu.
Hotel Royal Ambarrukmo Yogya memang dibangun diatas lahan milik keraton Yogyakarta pada tahun 1960 atas inisiatif Presiden Soekarno dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Meskipun demikian, saya heran membayangkan ada sebuah peninggalan keraton Yogya terletak di tepi jalan Adi Sucipto yang ramai, di dalam hotel, dekat mal lagi.
Akhirnya, saat kesempatan menginap itu tiba, di sore hari dengan semangat saya mengajak anak-anak berenang. Asumsi saya, kolam dengan bangunan di tengah-tengahnya itu adalah bagian dari kolam renang. Tapi ternyata kolam renang hotel adalah sebuah kolam besar bergaya resort dan sebuah kolam untuk anak-anak. Tidak ada tuh, kolam yang saya cari.
Seperti kebiasaan buruk saya, saya agak gengsi jika harus tanya-tanya kepada petugas hotel. Saya lebih suka mencari sendiri, semacam merasakan sensasi petualangan. Hasil celingukan saya tidak berhasil. Karena harus mengawasi dua balita berenang, saya tidak bisa berjalan terlalu jauh dari kolam renang.
Banyak patung-patung perunggu di sekitar kolam, rupanya juga peninggalan dari Presiden Soekarno. Mirip dengan patung-patung di istana Bogor, ya |
Malam itu, ketika mencari makan di Plaza Ambarrukmo, mal gede di sebelah Barat hotel, saya melewati sebuah pendopo. Mestinya ini bagian dari peninggalan keraton itu. Tapi di sebelah manakah bangunan di tengah kolam itu berada?
Indah, seperti berada di dalam keraton.
|
Pagi harinya, anak-anak berenang lagi. Waktu itu saya cukup leluasa berjalan-jalan di taman hotel. Alih-alih menemukan yang saya cari, saya menemukan sebuah bangunan di tengah kolam, berupa gazebo yang dikelilingi kolam penuh ikan koi keemasan. Meskipun indah, bukan ini yang saya cari.
Berharap kelak punya satu yang seperti ini di halaman rumah sendiri |
Siang hari selepas check out, saya bertekad harus menemukan tempat itu. Sekali lagi, tanpa harus bertanya pada petugas hotel. Akhirnya saya menyusuri sisi luar hotel yang bersebelahan dengan pendopo. Ada jalan yang cukup panjang di antaranya.
Ini jalannya. Di kiri foto itu pendopo, di kanannya hotel
|
Dan akhirnya, di ujung jalan itu, ..............-drumroll-........... itu dia!
Bale kambang, berada cukup jauh di belakang pendopo. Dari depan pendopo tidak terlihat, dan dari halaman dalam hotel, tempat ini terhalang bangunan hotel yang bertingkat tujuh |
Sebelum masuk, saya melihat beberapa petugas hotel, kali ini saya bertanya, boleh tidak saya masuk ke dalam. Aura magis kental terasa di setiap bangunan milik keraton, meskipun di siang bolong! Saya takut kualat kalau masuk tanpa ijin. Petugas hotel menganggukkan kepala. Hore! Saya bisa naik segala ke lantai dua. Semacam teras berbentuk segi enam, yang dibawahnya dikelilingi kolam berair biru jernih. Bagus sekali. Sangat nyaman rasanya duduk-duduk di tengah kesejukan air, dan diantara rimbunnya pepohonan di sekeliling bangunan.
Tempat ini, Pesanggrahan Ambarrukmo, terletak diantara dua buah bangunan megah dan tinggi, di sebelah timur terdapat Hotel Royal Ambarukmo dan di sebelah baratnya terdapat pusat perbelanjaan Plaza Ambarukmo. Banyak yang tidak tahu bahwa nama Ambarrukmo yang dijadikan nama mal dan hotel megah yang mengapit di kanan kiri, diambil dari nama tempat ini.
Tempat yang dibangun pada masa Sri Sultan HB V (1823 – 1855) dan selesai pada masa Sri Sultan HB VII (1877-1921), dulu digunakan untuk menerima tamu dari keraton Surakarta. Keraton Yogyakarta memang memiliki banyak pesanggrahan, dan Pesanggrahan Ambarrukmo ini termasuk salah satu yang masih terpelihara dengan baik.
Komplek Pesanggrahan Ambarrukmo terdiri dari halaman, pendopo, pringgitan, ndalem, dan taman bale kambang, yang tak lain adalah bangunan di tengah kolam yang saya cari-cari itu. Bagian gandhog tengen atau paviliun sebelah kanan telah berubah menjadi Plaza Ambarrukmo. Gandhog kiwo atau paviliun sebelah kiri telah lebih lama lagi dibongkar pada waktu pembangunan hotel. Gaya arsitektur pesanggrahan ini adalah jawa klasik.
Pesanggrahan sendiri dapat diartikan sebagai tempat peristirahatan. Tempat indah ini adalah tempat tinggal Sri Sultan HB VII ketika turun tahta hingga kemudian beliau wafat pada 30 Desember 1921. Tempat ini juga pernah dipakai sebagai kantor Bupati Sleman selama empat periode, mulai tahun 1945-1974. Kini, setelah dilakukan revitalisasi, Pesanggrahan Ambarrukmo dipakai sebagai tempat menggelar acara, mulai rapat hingga resepsi pernikahan.
Jadi, sekarang jika sempat mampir ke Plaza Ambarrukmo di Yogya, coba keluar dari pintu timur. Diantara mal dan hotel, akan terlihat pendopo pesanggrahan. Tidak harus menginap di hotelnya untuk menyusuri jalanan asri di antara hotel dan pendopo sampai ke bagian belakang. Dan di sanalah oase itu berada.
Catatan bulan September 2012 untuk Pe eR Travel Writing Workshop dengan Gola Gong di Semarang tanggal 25 November 2012.